🦈 Apa Yang Terjadi Apabila Manusia Tidak Memiliki Damai Sejahtera
Apabilasampai dengan hari ini masih belum (atau tidak) mempunyai anak, hal itu bukan terjadi tanpa satu tujuan tertentu dan yang tidak penting. Karena itu, kita boleh merasa yakin sekarang bahwa realita `masih belum (tidak) mempunyai anak` yang (mungkin) sedang kita alami saat ini tidak terjadi dengan sia-sia, tetapi ada satu tujuan Allah yang
Yesusadalah Firman Allah yang menjadi daging (lih. Yoh 1:18). Dalam diri Yesuslah Allah sungguh hadir di tengah-tengah manusia. Apa misi pokok Yesus datang ke dunia dihubungkan dengan perpektif membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera ! · Misi pokok Yesus datang ke dunia adalah mewartakan dan memperjuangkan terwujudnya Kerajaan Allah.
Manusiajuga pasti gelisah dalam hidupnya, karena hidup yang sebenarnya itu keras banyak problem, banyak tugas dll, jadi manusia itu tidak terfokus pada satu hal saja yang mereka pikirkan dalam hidup mereka, mereka juga memikirkan hal – hal lain yang mereka miliki.Sebab itulah hidup manusia itu pasti selalu ada kegelisahan dalam hidup mereka.Kegelisahan itu
Apayang terjadi apabila seorang muslim menanam pohon untuk dirinya sendiri? (Risky Ayu Purnama Sari/ 161810201012) pabila oknum tersebut tidak memiliki pemikiran yang merusak persatuan umat di Indonesia maka konflik ini tidak akan terjadi. Peran umat Islam yang nyata diwujudkan dengan melakukan aksi damai, yang mana aksi ini menegaskan
Sebaliknyadamai sejahtera dunia ini adalah damai sejahtera yang tergantung dengan situasi dan kondisi. Misalnya, kalau suami pulang kantor dan memberikan uang 10 juta kepada istri, maka istri langsung damai sejahtera. Tetapi damai sejahtera istri akan hilang apabila sepulang dari kantor suami membawa dan menyodorkan lembar tagihan-tagihan.
P Dalam Hakim 9:5-45 apakah yang harus dilakukan oleh orang-orang Kristiani apabila mereka merupakan bagian dari organisasi Kekristenan apabila memiliki seorang pimpinan yang tidak percaya atau tidak ber Tuhan J: Ini merupakan masalah serius, karena dalam Wahyu 2:20, Gereja di Tiatira benar-benar dituntut oleh Yesus karena toleransi mereka.
1 Keluarga pra sejahtera. Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masinganggota keluarga.
CaraMerasa Damai. Baik Anda sedang kesulitanuntuk menjaga kedamaian hati Anda atau Anda tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya, WikiHow bisa membantu. Melalui beberapa kegiatan dan trik sederhana, Anda akan berada di jalan yang tepat untuk menemukan kedamaian diri Anda untuk membuat Anda merasa puas, bahagia, dan siap menghadapi apapun yang
kaumwanita. Dalam InjilLukas 13:6-9 dijelaskan bagaimana Yesus sedang menyatakan SatuPerumpamaan yaitu tentang Seorang yang mempunyai kebun anggur dimana di dalamkebun tersebut tumbuh pohon Ara. (Ayat 6) Yesus menjelaskan bahwa si pemilikkebun anggur datang untuk mencari buah pada pohon itu tetapi ia tidakmendapatkan apa-apa.
. Pastor Eric Chang Lukas 214 Matius 21-12 Hari ini, dengan kasih karunia Tuhan, saya akan menguraikan pesan yang dibawakan oleh para malaikat di Lukas 214. Perikop ini tentang para gembala yang sedang menjaga domba-domba mereka di malam hari. Tiba-tiba para malaikat muncul di hadapan mereka. Munculnya para malaikat bukanlah suatu hal yang aneh jika memang ada pesan penting yang harus disampaikan. Kata malaikat’ ini di dalam bahasa Yunaninya, anggelos memang berarti utusan’. Sebagai contoh, Yohanes Pembaptis, di Matius 1110, juga disebut sebagai anggelos. Di ayat 10 malaikat itu berkata “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Sangat sedikit bayi yang bisa ditemukan berada dalam palungan. Jadi ini akan menjadi tanda yang aman karena sangat diragukan akan ada bayi lain yang lahir dan dibaringkan dalam palungan. Palungan adalah tempat bagi makanan ternak di kandang. “Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah, katanya Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'” Tiga Prinsip Damai Sejahtera Dalam menguraikan tentang damai sejahtera, saya akan memberikan tiga hukum atau prinsip rohani yang ditemukan di dalam Kitab Suci. Di sekolah kita belajar mengenai hukum tentang materi, yang disebut ilmu fisika. Namun yang ingin saya sampaikan adalah hukum spiritual, hukum tentang kehidupan rohani. Kita belajar fisika untuk memahami segala sesuatu tentang sesuatu zat atau benda supaya kita dapat gunakan dan manfaatkannya dengan lebih baik. Dengan cara yang sama kita harus mengetahui hukum spiritual jika kita ingin mendayagunakan kekuatan rohani dan juga agar kita tidak melakukan kesalahan rohani. Hukum pertama Di mana ada Kekudusan di situ ada Damai Sejahtera Prinsip rohani yang pertama adalah bahwa damai sejahtera tidak dapat dipisahkan dari kebenaran atau kekudusan. Damai sejahtera dan kebenaran selalu berjalan beriringan. Itu berarti jika tidak ada kebenaran, maka tidak ada damai sejahtera. Hanya jika ada kebenaran atau kekudusan maka ada damai sejahtera. Allah tidak berkenan kepada dosa dan kepada mereka yang gemar berbuat dosa. Allah tidak berkenan kepada mereka yang jahat atau yang berkubang dalam kejahatan. Damai sejahtera dan Kekudusan Tak terpisahkan Apakah Anda mempunyai damai sejahtera? Damai sejahtera rohani yang mendalam. Anda tidak akan dapat mengalami damai sejahtera dan tidak akan mengerti arti damai sejahtera sepenuhnya sebelum Anda belajar untuk hidup berkenan kepada Allah. Damai sejahtera hanya akan Anda alami setelah Anda menyerahkan segenap hidup kepada-Nya dan hidup di jalan-Nya. Ada orang Kristen yang berkata, “Kau tahu, aku adalah orang Kristen, tetapi aku tidak punya damai sejahtera.” Mengapa sampai Anda menjadi Kristen tanpa memiliki damai sejahtera? Damai sejahtera bukanlah hal yang tanpa syarat, buka sekadar urusan dibaptis lalu Anda menerima damai sejahtera. Baptisan itu dapat diibaratkan seperti mengambil satu langkah untuk memasuki kerajaan Allah, namun masih ada satu perjalanan panjang yang harus Anda tempuh. Ada kehidupan yang harus Anda jalani sebagai warga kerajaan Allah, atau sebagai anggota keluarga Allah. Jika Anda bercita-cita untuk menjalani hidup yang selalu berkenan kepada-Nya dan berkata, “Aku gemar mengerjakan kehendak-Mu, ya Allah,” seperti yang Yesus katakan di Ibrani 107, maka orang semacam itu akan dipenuhi oleh damai sejahtera. Di mana ada kekudusan di situ ada damai sejahtera. Jika Anda tidak menikmati damai sejahtera, maka itu berarti Anda masih menyimpan dosa di dalam hati Anda. Dosa adalah unsur yang sangat mengganggu. Sisi negatif dari hukum rohani adalah di mana ada dosa, pasti akan ada keresahan dan kegelisahan. Walaupun Anda seorang yang kaya raya, Anda tidak akan dapat membeli damai sejahtera. Tak ada cara lain bagi Anda untuk memiliki damai sejahtera tanpa memiliki kekudusan. Tidak akan ada damai sejahtera jika ada ketidak-benaran di dalam hati Anda. Pesan yang dibawa oleh para malaikat ini adalah bahwa damai sejahtera itu ditujukan bagi mereka yang berkenan kepada Allah. Tak ada jalan lain. Anda bisa saja membeli obat penenang. Jika Anda punya uang, Anda bisa menikmati obat bius dan menelan obat tidur sampai Anda tidak mampu berpikir lagi. Atau Anda bisa minum minuman keras dan dimabukkan oleh alkohol. Pagi berikutnya, Anda terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa di kepala Anda, damai sejahteranya hilang lagi, sampai Anda menenggak botol alkohol yang berikutnya. Anda tidak akan mendapatkan damai sejahtera dengan bahan-bahan kimia. Damai sejahtera tidak dapat dibeli. Anda tidak akan bisa mendapatkan damai sejahtera tanpa kekudusan. Inilah hukum rohani yang anehnya jarang dibahas di gereja sekarang. Bukti-bukti Alkitab Di dalam Alkitab, entah di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, Anda akan menemukan bahwa damai sejahtera dan kekudusan selalu beriringan. Banyak referensi Alkitab yang menegaskan hal ini. Sebagai contoh, di Ibrani 1214, Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Tanpa kekudusan, tidak ada yang akan melihat Allah, dan tanpa damai sejahtera, maka Anda tidak akan melihat Allah. Damai sejahtera dan kekudusan selalu berkaitan. Sebagai orang Kristen tentunya Anda sudah sangat memahami bahwa setiap kali Anda berbuat dosa, maka damai sejahtera Anda hilang. Pernahkah Anda mengalami itu? Tiba-tiba saja damai sejahtera Anda menghilang. Anda menjadi gelisah dan mudah tersinggung. Anda menjadi gugup dan tegang. Anda menjadi murung dan sedih. Malahan, kejiwaan Anda terganggu di saat Anda meninggalkan kekudusan dan kebenaran. Setelah Anda mengembalikan kekudusan dan kebenaran ke dalam hidup Anda, dengan segera damai sejahtera Allah membanjiri hati Anda. Anda tidak memerlukan obat penenang, alkohol atau segala macam tongkat penopang. Ungkapan yang sangat indah di Filipi 47 berkata, “damai sejahtera Allah akan menjaga hati Anda di dalam Kristus Yesus”. Terdapat juga beberapa ayat seperti 2 Timotius 222. Yang ini khusus ditujukan kepada orang-orang muda. Karena adanya beberapa dorongan alamiah, mereka bertindak ceroboh dan akibatnya mereka kehilangan damai sejahtera mereka. Sebagai contoh, di pasal 2, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan kebenaran atau righteousness, kesetiaan, kasih dan damai.” Perhatikan sekali lagi, di sini ada kesatuan antara kebenaran yang berada di awal daftar dan damai yang berada di akhir daftar dari empat kebajikan itu. Anda lihat bagaimana keduanya selalu berkaitan kebenaran dan damai sejahtera. Ayat itu dilanjutkan dengan “bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”. Jika kita tidak mengerti apa itu kebenaran, maka Paulus menjelaskannya bagi kita sebagai hati yang murni. Ini sudah cukup gamblang. Kebenaran yang Paulus sampaikan di sini adalah kebenaran dari hati yang murni. Berbahagialah mereka yang berhati suci karena mereka akan melihat Allah. Tanpa kekudusan, tak seorang pun bisa melihat Allah. Orang yang berhati sucilah yang akan melihat Allah. Satu lagi contoh di 2 Petrus 314 yang juga berbicara tentang damai sejahtera. “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini yaitu langit dan bumi yang baru, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. Saat Anda tanpa cacat dan noda, berhati murni, mengasihi kebenaran, maka Anda akan mendapatkan damai sejahtera. Anda akan melihat bahwa di sepanjang Kitab Suci, damai sejahtera’ tidak dapat dipisahkan dari kebenaran’. Paulus menggunakan kata-kata seperti murni hatinya’, atau tanpa cacat dan noda’, semua itu adalah suatu ungkapan dari kebenaran dan kekudusan. Dia memakai ungkapan-ungkapan yang berbeda itu supaya kita tidak berusaha untuk memakai penjelasan-penjelasan teologis untuk mengaburkan makna kebenaran ini. Tidak! Paulus sedang berbicara tentang kekudusan yang praktis, kemurnian di dalam hati, keadaan tanpa cacat dan tanpa noda. Lalu bagaimana caranya mencapai kekudusan ini? Mari kita lihat 1 Tesalonika 523, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Allah adalah Allah damai sejahtera karena Dia adalah Allah yang kudus, yang adil dan Dia menjadikan kita kudus. Akan tetapi ingatlah juga, bahwa, sekalipun Anda adalah seorang Kristen dan umat pilihan, Allah bisa saja tidak berkenan kepada Anda. Dia tidak akan berkenan kepada Anda jika Anda menginginkan hal yang jahat dan mengasihi dosa. Inilah peringatan Paulus di 1 Korintus 105, sehubungan dengan kebinasaan umat Israel di padang gurun, “Tetapi sungguh pun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka siapakah mereka ini? Mereka adalah para leluhur bangsa Israel. Di dalam ayat 1, ia berkata, “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.” Dan di dalam ayat 5 dikatakan, bahwa sekalipun mereka telah diselamatkan dari Mesir. Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka.” Kata berkenan ini adalah kata yang persis sama dengan yang ada di dalam Lukas 214 – “damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”. Namun apa yang terjadi pada leluhur mereka, umat pilihan yang nyata-nyata sudah diselamatkan secara ajaib dari Mesir? Ternyata Allah tidak berkenan dengan mereka! Ini yang saya khawatirkan, bahwa Allah tidak akan berkenan dengan sebagian besar dari orang Kristen di zaman ini. Dan Paulus saat itu sedang berbicara kepada orang-orang Kristen. Itulah sebabnya dia berkata di ayat 6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. Peringatan bagi kita yang telah diselamatkan adalah agar kita tidak menginginkan hal-hal yang jahat seperti mereka. Camkanlah hal tersebut dengan baik. Hanya dengan pemahaman itu baru Anda bisa mengerti tentang makna dari pesan para malaikat. Mengapa mereka tidak berkata, “Damai sejahtera di bumi”? Tidak. Tak akan ada damai sejahtera di bumi. Tetapi “damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berhati benar” atau yang “berkenan kepada-Nya” atau yang “menyenangkan hati Allah”. Mengapa? Karena mereka mengasihi kebenaran. Tetapi, sekalipun sekarang ini Anda benar, tetapi jika Anda berpaling dari kebenaran dan hidup tanpa kemurnian di hati, maka Allah tidak akan berkenan dengan Anda. Apakah yang terjadi pada mereka yang berada di padang gurun, yang tidak berkenan kepada Allah itu? Di 1 Korintus 10, mereka semua mati di padang gurun. Mereka dibinasakan. Mereka diselamatkan keluar dari Mesir akan tetapi mereka mati di padang gurun. Paulus berkata, “Saya mau agar kalian mengingat hal tersebut. Semua itu tertulis sebagai peringatan bagi kita.” Di dalam Ibrani 1038, penulis surat Ibrani berkata, Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Akhir hidup orang ini juga akan berujung pada kebinasaan. Biarlah Ibrani 1038 menjadi peringatan bagi kita. Di 1 Tesalonika 43,7 dikatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup kudus. Dan Kolose 315 memberitahu kita bahwa kita dipanggil untuk hidup di dalam damai sejahtera. Kita dipanggil untuk masuk ke dalam damai sejahtera karena kita dipanggil untuk menjadi kudus. Perjanjian Lama Menegakkan Hal yang sama Kita menemukan prinsip yang persis sama di Perjanjian Lama. Sebagai contoh di Yesaya 3217 atau di Yesaya 597-8, semuanya menyatakan prinsip ini secara jelas. Kebenaran atau keadilan ditemukan beriringan dengan damai sejahtera. Itu sebabnya mengapa Yesaya 5721 menyatakan Tuhan berfirman bahwa tak ada damai sejahtera bagi mereka yang jahat. Bagi orang-orang yang jahat, tidak ada damai sejahtera. Mereka tidak akan mendapatkan damai sejahtera baik di langit, di bumi atau pun di bawah tanah. Tidak tersedia damai sejahtera bagi mereka yang tidak mengasihi kebenaran. Terdapat suatu ucapan yang indah di dalam Mazmur 8511 – keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Sungguh indah! Kebenaran/keadilan dan damai sejahtera diibaratkan seperti sepasang burung. Mereka berpadu secara indah di dalam Alkitab. Anda tidak bisa memisahkan mereka. Itulah prinsip yang mendasar di dalam Kitab Suci dan saya harap agar Anda memahaminya secara mendalam. Hukum Kedua Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus Hukum rohani yang kedua adalah ini Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus. Prinsip pertama tadi juga terkandung di dalam prinsip yang kedua ini. Kristus adalah damai sejahtera kita karena dialah kebenaran kita. Sebagai contoh, di Efesus 214 disebutkan bahwa Kristus adalah damai sejahtera kita. Namun di dalam 1 Korintus 130, dikatakan bahwa Kristus adalah kebenaran dan kekudusan kita. Dia adalah damai sejahtera kita karena dia adalah kebenaran dan kekudusan kita. Bagaimana dia bisa menjadi damai sejahtera dan kekudusan kita? Kita baca pernyataan yang indah itu di dalam Yesaya 535 yang di dalam Authorized Version tertulis the chastisement of our peace was upon him LAI, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Apakah artinya the chastisement of our peace ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita? Artinya adalah bahwa dia menanggung ganjaran itu untuk menjamin damai sejahtera kita. Dia menderita dalam rangka menegakkan damai sejahtera bagi kita – ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Dialah yang dapat membuat damai sejahtera itu menjadi mungkin kita peroleh. Karena kita ini adalah orang berdosa, maka kita berada dalam kutukan untuk tidak pernah memiliki damai sejahtera. Tak ada harapan bagi kita untuk memperoleh damai sejahtera. Namun di sinilah keindahannya, yaitu bahwa Yesus menegakkan damai sejahtera bagi kita. Dia membuka peluang bagi orang berdosa untuk menjadi orang benar dan, dengan demikian, memiliki damai sejahtera. Tidak ada jalan pintas untuk damai sejahtera. Kebenaran tidak dapat diabaikan. Anda harus memiliki kebenaran untuk memiliki damai sejahtera. Hal ini menjelaskan mengapa Yesus harus mati. Jika dia tidak mau menanggung hukuman atas dosa, maka tidak akan ada damai sejahtera. Kita tidak akan memperoleh damai sejahtera. Kita akan berada di bawah kutukan untuk selalu diliputi kegelisahan. Di dalam Alkitab, damai sejahtera selalu dikaitkan dengan kehidupan. Hidup dan damai sejahtera berjalan beriringan. Sebagai contoh, Roma 86, atau Maleakhi 25. Bagaimanakah cara Yesus mengamankan damai sejahtera bagi kita ini? Ya, melalui salibnya. Itulah makna dari ganjaran. Melalui salib, Yesus menegakkan damai sejahtera bagi kita. Pokok ini dapat kita lihat di Roma 51, Kolose 120 dan sebagainya. Diselamatkan berarti ditransformasi menjadi Manusia Baru Yang kedua, Yesus tidak sekadar menjalankan hukuman legal di salib yang membatalkan kuasa maut ke atas kita. Karena kalau sebatas itu saja, maka kebenaran itu masih eksternal bagi kita. Jika kebenaran itu hanya sebatas kulitnya saja, maka damai sejahteranya juga hanya pada kulitnya saja. Artinya, jika secara hukum saya dinyatakan benar, maka saya berada di dalam kedudukan hukum yang baru. Artinya, saya ditunjuk atau ditetapkan menurut hukum sebagai benar, dan itu adalah suatu kedudukan yang sangat luar biasa bagi seorang pelaku kejahatan. Dia yang bersalah dinyatakan tidak bersalah. Itu bagus. Tapi bagaimana dengan diri orang itu? Dia tetap saja pelaku kejahatan. Dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya, tetap saja masih bisa dia lakukan lagi, dan dia akan kembali lagi ke meja pengadilan dengan tuduhan yang baru. Ini bukanlah kedudukan yang membawa kebahagiaan tentunya. Sekarang ini, seringkali khotbah-khotbah yang disampaikan berpusat pada keselamatan dan pengampunan saja. Pengampunan itu memang indah akan tetapi masih belum cukup. Membebaskan seorang pembunuh berdarah dingin dan berkata, “Baiklah, aku akan membayar hukuman atas dosanya dan dia diampuni.” Itu sangat bagus! Dengan demikian si pembunuh itu diampuni. Beranikah Anda membiarkan pembunuh ini keluyuran di jalanan lagi? Saya rasa orang yang melepaskan pembunuh itu berkeliaran lagi di jalanan adalah orang yang sangat tidak bertanggung jawab, karena pembunuh itu akan melakukan lagi aksinya. Atau seorang yang mengidap kleptomania, ketagihan mencuri, baiklah, dia telah mencuri sesuatu, dan Anda mengampuni dia karena dia berkata, “Aku menyesal.” Baik, Anda mengampuni dia. Lalu apa yang akan terjadi? Anda bebaskan dia, dan dia akan mencuri lagi. Keselamatan seperti itu bukanlah keselamatan yang utuh. Akan tetapi, itulah makna keselamatan yang sering dikhotbahkan sekarang ini. Padahal makna keselamatan lebih dari itu. Alkitab memberitahu kita bahwa diselamatkan berarti diubah menjadi manusia baru. Ini adalah perkara perubahan. Barangsiapa berada di dalam Kristus, maka dia adalah ciptaan yang baru. Itulah arti dilahirkan kembali, yaitu ia telah diubah! Itulah indahnya keselamatan. Dengan demikian, kita tidak sekadar dinyatakan benar secara hukum, tetapi Allah juga membentuk kita menjadi benar. Dia memberi Anda hati yang baru, begitulah kata-kata yang dipakai oleh Yehezkiel, Dia menaruh hati yang baru di dalam kita. Dia akan menyingkirkan hati batu dan menaruh hati daging, yaitu hati yang hidup di dalam kita. Yang mati dikeluarkan dan yang hidup dimasukkan. Kita diubahkan sepenuhnya. Kita dibuat menjadi benar. Itu sebabnya rasul Yohanes berkata di dalam suratnya yang pertama bahwa barangsiapa dilahirkan dari Allah tidak berbuat dosa. Watak yang baru di dalam diri Anda tidak berbuat dosa. Anda telah diubah! Anda telah ditransformasi! Sungguh indah! Transformasi adalah suatu proses Namun transformasi itu sendiri adalah suatu proses. Kita tidak serta merta menjadi baru dalam sehari. Sebagai orang Kristen, tentunya Anda tahu, betapa berat pergumulan melawan dosa itu. Penulis surat Ibrani berkata kepada orang-orang Ibrani, “dalam pergumulanmu melawan dosa, kamu belum sampai mengucurkan darah, kamu masih belum menuntaskan pergumulanmu“. Kita setiap hari berperang melawan dosa. Kita masih belum sempurna. Seperti kata Paulus di dalam Filipi 3, bukannya karena aku sudah sempurna, namun aku terus berlari ke depan. Artinya, kadang kala di dalam pergumulan kita melawan dosa, Anda akan mendapati bahwa damai sejahtera terganggu. Sebagai contoh, jika Anda membiarkan dosa meresap ke dalam hidup Anda maka Anda akan kehilangan damai sejahtera itu. Hubungan Anda dengan Allah masih bertahan. Damai sejahtera di permukaan masih terlihat, akan tetapi damai sejahtera yang di dalam hati hilang. Karena itu seorang Kristen yang belum membulatkan tekad di dalam hatinya untuk melawan dosa maka hidupnya sangatlah menderita. Sebagai contoh, Anda mungkin sedang bermain-main dengan suatu pikiran dosa dan untuk sesaat Anda menikmatinya. Tiba-tiba saja Anda mendapati bahwa damai sejahtera Anda menghilang. Pernahkah Anda mendapati hal semacam itu? Lalu muncullah pergolakan dan Anda tidak lagi menikmati dosa yang tadinya sempat Anda nikmati. Malahan sekarang dosa itu membuat Anda tidak tenang dan menderita karena Anda telah membiarkan sesuatu yang najis ke dalam hidup Anda. Anda kehilangan damai sejahtera yang seharusnya berhak Anda miliki di dalam Kristus. Itulah sebabnya mengapa kita harus senantiasa bergantung kepada Roh Kudus untuk selalu membawa kembali kekudusan dan damai sejahtera ke dalam hidup kita. Roh Kudus juga adalah Roh damai sejahtera. Sebagai contoh, di Galatia 522 kita lihat bahwa buah Roh adalah kasih, sukacita dan damai sejahtera. Ada ayat yang indah dari Mazmur 119165, Besarlah ketenteraman bukan sekadar damai saja melainkan damai yang besar pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Oh, sungguh indah Taurat Allah! Apa itu Taurat Allah? Bacalah ayat yang sebelumnya, yaitu ayat 164 Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Orang yang mengasihi hukum Allah adalah orang yang mengasihi keadilan/kebenaran. Itu sebabnya mengapa dia memiliki damai sejahtera. Orang yang mengasihi kebenaran dan membenci dosa adalah orang yang memiliki damai sejahtera yang besar. Tetapkanlah hati Anda dengan kasih karunia dari Allah untuk mengasihi kebenaran. Dan selanjutnya Anda akan mendapati damai sejahtera dari Allah membanjiri hati Anda. Tanpa Kekudusan tidak ada Damai Sejahtera Namun seringkali keselamatan disampaikan tanpa mengaitkannya dengan kekudusan. Sebagai contoh, ayat yang sering tidak dikutip seluruhnya adalah Roma 623, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita..” Jadi, di satu sisi Anda melihat pasangan dosa dengan maut. Di sisi lain Anda melihat di dalam Kristus Yesus ada hidup yang kekal. Saya yakin, tentunya Anda telah sering mendengar ayat ini dikhotbahkan. Akan tetapi satu unsur penting sering diabaikan. Apakah unsur yang sangat penting itu? Sering diberitakan bahwa Allah memberi Anda hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus melalui iman tanpa peduli apakah Anda benar atau tidak. Tidak ditekankan kasih akan kebenaran dan hidup yang kudus. Kekudusan dibuang begitu saja karena kekudusan disamakan dengan mengerjakan hukum Taurat. Ini adalah kesalahan yang paling besar. Jika Anda melakukan kesalahan yang ini, maka Anda akan menjadi bagian dari mereka yang tidak bahagia, yang menyebut dirinya Kristen’ tetapi tidak tahu apa-apa tentang damai sejahtera. Dalam mengutip ayat ini kepada orang lain, Anda wajib menjelaskan juga ayat-ayat yang sebelum itu. Jangan pernah mengutip ayat keluar dari konteksnya. Apakah yang disampaikan oleh konteks yang ada di sini? Ayat yang berada persis sebelumnya, ayat 22 berbunyi, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Anda tidak memiliki hidup yang kekal dan damai sejahtera tanpa adanya pengudusan. Anda tidak akan memperoleh damai sejahtera tanpa kekudusan. Anda tidak akan mendapatkan hidup yang kekal tanpa kekudusan. Inilah hukum pertama yang saya uraikan tadi ini. Jika di dalam bidang teknik, maka ini bisa disamakan dengan prinsip pertama dari hukum termo-dinamika. Inilah hukum rohani yang penting untuk Anda pahami. Jika tidak, maka Anda akan membuat berbagai macam kesalahan yang mendasar. Di zaman sekarang ini, banyak yang memberitakan Injil tanpa memahami hukum rohani ini. Bayangkanlah seorang insinyur yang bekerja tanpa memahami prinsip yang pertama dari hukum termo-dinamika. Bencana macam apakah yang mungkin dia timbulkan? Jangan pernah memberitakan keselamatan seolah-olah Allah sedang membagikan hidup yang kekal sebagai hadiah gratis tanpa peduli apakah Anda akan melanjutkan hidup di dalam dosa atau tidak. Tidaklah benar bahwa selama Anda percaya kepada Dia, maka Anda boleh berbuat dosa sebanyak yang Anda mau. Tak ada ajaran Alkitab mengenai hal semacam itu. Baca sekali lagi ayat 22. Dia berbicara kepada orang-orang Kristen, dia tidak sedang berbicara kepada orang-orang non-Kristen. Dia berbicara kepada Anda Tetapi sekarang, setelah kamu kalian orang-orang Roma, kalian orang-orang Kristen dimerdekakan dari dosa lantas apa yang terjadi? dan setelah kamu menjadi hamba Allah. Dan apa artinya menjadi hamba Allah? Apa hasil dari menjadi hamba Allah? Hasilnya hasil dari menjadi hamba Allah adalah pengudusan kekudusan. Dia berbicara kepada orang-orang yang merupakan hamba Allah, para budak Allah. Mari kita tegaskan satu hal. Karunia hidup yang kekal ini diberikan kepada para budak Allah, yang sudah dibebaskan dari dosa dengan kasih karunia Allah, dan pemberian itu dilakukan di akhir pengudusan. Perhatikan baik-baik, apakah kesudahannya? Kesudahan itu berkaitan dengan pengudusan. Dan kesudahan dari pengudusan adalah hidup yang kekal. Di mana ada damai sejahtera, di sana ada kehidupan, yaitu hidup yang kekal. Di dalam hukum kedua disebutkan bahwa damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus. Ini berarti hidup yang kekal dan keselamatan itu hanya ada di dalam Kristus. Ini juga berarti bahwa hanya saat Yesus datang ke dalam hidup saya, membebaskan saya dari belenggu dosa dan mengubah hidup sehingga saya menjadi budak Allah dan gemar mengerjakan kehendak Bapa di surga, maka pada akhir dari proses ini, datanglah hidup yang kekal. Karunia hidup yang kekal dari Allah diberikan pada akhir dari proses pengudusan. Itulah yang dikatakan oleh surat Roma. Bacalah ayat tersebut dengan teliti. Firman Allah selalu konsisten. Ia tidak pernah bertentangan di dalam dirinya sendiri. Seperti selarasnya ciptaan Allah yang di dunia, demikian pula keselarasan hukum rohani-Nya. Dunia rohani berfungsi dengan aturan-aturan dan ketepatan sebagaimana yang terlihat di dunia materi, karena Allah-lah yang menciptakan keduanya, yang rohani dan yang jasmani. Hukum Ketiga Yang Baik dan yang Jahat adalah Lawan yang tak dapat disatukan Hukum rohani yang ketiga dan yang terakhir adalah Kebenaran pasti ditentang oleh kejahatan. Atau dengan kata lain, hukum rohani ini menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat adalah lawan yang tidak dapat disatukan. Mereka tidak akan pernah dapat disatukan. Anda tidak akan pernah dapat mempersatukan yang baik dan yang jahat, entah dalam diri satu orang atau pun di dalam dunia. Keduanya adalah dua kuasa yang tidak mungkin berdiri berdampingan secara bersama-sama. Mereka akan selalu berada dalam keadaan saling berlawanan dan salah satunya akan dikalahkan. Itulah alasan mengapa Anda tidak akan pernah dapat memiliki damai sejahtera jika Anda membiarkan kebenaran dan kejahatan hadir bersama-sama di dalam diri Anda. Itulah sebabnya Kitab Suci menuntut komitmen total dari kita. Tak ada orang yang lebih sengsara daripada mereka yang tidak berkomitmen secara penuh. Dia menyerahkan separuh hidupnya dan yang separuh lagi tidak diserahkan. Yang separuh baik dan yang separuh lagi jahat. Separuh terang, separuh gelap. Dia tidak di sini, juga tidak di sana. Orang seperti itu akan hidup dalam kekacauan yang paling parah! Sangatlah tidak adil jika kita berkata kepada orang bahwa dia bisa menjadi Kristen tanpa memberitahu dia bahwa dia harus menetapkan dengan tegas kemana dia berpihak. Sama seperti kata Yosua kepada umat Israel, “Jika Allah itulah Tuhan, maka sembahlah Dia. Tetapi jika berhala-berhala itulah tuhan, jika Baal adalah tuhan, maka sembahlah mereka. Tetapi janganlah mencoba untuk berdiri di tengah-tengah dan menyembah dua-duanya.” Jika uang adalah tuhan Anda, maka silakan Anda menyembah uang. Akan tetapi jika Allah yang hidup adalah Tuhan Anda, maka sembahlah Allah yang hidup. Jangan mencoba untuk menyembah keduanya. Jika Anda mencoba untuk menyembah keduanya, maka Anda akan masuk ke dalam kekacauan yang begitu hebat sehingga Anda mungkin berharap untuk tidak dilahirkan sama sekali! Jangan jadikan hidup Anda medan pertempuran Inilah prinsipnya yang baik dan yang jahat tidak akan pernah bersatu. Mereka akan selalu berada dalam pertentangan satu dengan yang lain. Jika Anda membiarkan keduanya ada di dalam diri Anda, maka hidup Anda akan mereka jadikan medan perang. Apakah Anda ingin hidup Anda dijadikan medan perang antara kebaikan melawan kejahatan? Apakah Anda ingin Roh Kudus dan setan berperang memperebutkan Anda di sepanjang hidup Anda? Tahukah Anda apa yang terjadi dengan daerah-daerah yang menjadi medan pertempuran? Bangunan-bangunan dijatuhi bom, ladang-ladang dibakar, segala sesuatunya hancur berantakan. Dan saya lihat begitu banyak orang Kristen yang hidup dalam keadaan yang berantakan karena peperangan berkutat di dalam dirinya sendiri. Ini adalah suatu bencana. Saya dibesarkan dalam suasana perang. Saya tahu apa akibat perang terhadap suatu negara. Dengan mata saya sendiri, saya pernah melihat peperangan. Mereka bertempur tepat di sekitar saya – senjata mesin dan meriam dan tank, dan pertempuran berlangsung di mana-mana! Orang-orang mati di jalanan. Apakah Anda ingin menjadikan hidup Anda sebagai medan perang? Jika tidak, maka berkomitmenlah sepenuhnya. Putuskan dengan tegas kemana Anda akan berpihak, dan katakan, “Tuhan, dengan kasih karunia-Mu, aku menetapkan untuk berpihak ke sini dan aku akan bertahan di sini.” Kata stand berdiri, berpihak, bertahan’ adalah kata yang digemari oleh Paulus. Berdirilah tegak, katanya, dalam segala perlengkapan senjata Allah. Bertahanlah dan jangan pernah menyerah kepada yang jahat. Ini adalah hukum yang fundamental. Tak akan ada damai sejahtera di dunia Di dunia ini tidak akan ada damai sejahtera. Saya adalah seorang yang realis memandang secara apa adanya. Seorang Kristen adalah seorang yang realis. Di dunia ini, tidak akan ada damai sejahtera. Mengapa? Jika Anda memahami hukum rohani yang satu ini, maka Anda akan tahu mengapa. Karena di dunia ini ada pihak yang jahat. Dan pihak yang jahat menentang pihak yang baik. Itulah sebabnya akan selalu ada perang di dunia ini. Selagi kerajaan Allah belum menegakkan kuasanya atas bumi dan menyapu kejahatan dari bumi, kejahatan masih akan ada. Setiap orang yang memberitakan injil sosial dan mengira bahwa ia dapat menegakkan damai sejahtera di muka bumi ini adalah orang yang belum mengerti persoalan yang ada. Karena kejahatan tidak dapat dikalahkan dengan kekuatan senjata. Anda tidak akan dapat menyingkirkan kejahatan dengan kekuatan senjata, sama dengan kebaikan tidak dapat disingkirkan oleh kekuatan senjata. Tidak akan berhasil. Anda tidak dapat memakai sarana fisik untuk menegakkan damai sejahtera. Saya telah memikirkan hal ini cukup lama karena saya sangat prihatin dengan dunia tempat tinggal kita. Ambisi saya dahulu adalah menjadi orang militer. Mudah-mudahan menjadi seorang jendral yang hebat, mungkin menjadi panglima perang, atau menjadi panglima tertinggi, supaya dengan kekuatan militer saya dapat menegakkan perdamaian. Saat itu saya sangat bodoh, sama bodohnya seperti para politikus zaman sekarang. Damai sejahtera tidak dapat ditegakkan di bumi dengan kekuatan manusia, kekuatan militer, atau kekuatan ekonomi. Lihatlah bagaimana negara-negara dengan standar kehidupan yang tinggi diisi oleh masyarakat dengan tensi darah dan tingkat bunuh diri yang tinggi. Tak ada satupun negara miskin yang mampu menyaingi negera-negara maju’ itu dalam hal statistik bunuh diri. Sedemikian parahnya tingkat gangguan mental yang dialami negara-negara yang berekonomi maju. Manusia tidak punya sarana apapun untuk mengatasi kejahatan. Tidak ada senjata yang dapat diandalkan untuk mengatasi kejahatan. Boleh saja manusia mengembangkan bom hidrogen, bom kobalt, bom atom, atau bom jenis apapun itu, akan tetapi tetap saja dia tidak dapat mengembangkan senjata yang bisa mengalahkan kejahatan. Hanya di dalam Kristus ada damai sejahtera. Hanya dia yang memiliki kuasa untuk mengatasi kejahatan. Apakah Anda ingin berbuat sesuatu bagi dunia ini? Kita harus memiliki keprihatinan pada dunia tempat tinggal kita ini. Akan tetapi kita juga harus menjadi orang yang realis. Tidak ada satupun cara bagi kita untuk menegakkan damai sejahtera di dunia ini selama kejahatan masih ada. Demikianlah, entah di dalam kehidupan pribadi Anda mau pun di dunia ini secara umum, hukum yang mendasar ini selalu berlaku. Kita bisa saja menikmati suatu masa tanpa ada peperangan, karena negara-negara yang bersaing itu tidak cukup kuat untuk mengalahkan lawannya. Jadi, di permukaannya kita menikmati gencatan senjata, akan tetapi kita tidak akan pernah memiliki damai sejahtera dalam arti yang sesungguhnya. Itu sebabnya di Matius 1034 Yesus berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Pernyataan ini, secara sekilas tampaknya bertolak belakang dengan pesan yang disampaikan oleh para malaikat. Akan tetapi tidak demikian. Pernyataan ini justru menguraikan tentang prinsip yang ketiga bahwa Yesus tidak datang untuk membawa damai ke dunia ini. Ingatlah bahwa pesan yang dibawakan oleh para malaikat itu berbunyi “Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya“, bukan sekadar damai sejahtera di atas bumi. Alkitab tidak pernah menjanjikan damai sejahtera bagi bumi, melainkan damai sejahtera bagi orang yang benar, bagi orang yang berkenan kepada Allah dan yang mengasihi kebenaran. Kedatangan Yesus ke dunia ini sebenarnya justru meningkatkan peperangan melawan kejahatan. Itulah sebabnya dia tidak datang membawa damai melainkan pedang, karena yang baik dan yang jahat tidak dapat disatukan. Banyak orang yang bingung memahami Matius 1034. Jika Anda mengerti hukum rohani atau hukum kehidupan rohani yang ketiga ini, maka Anda akan memahami dengan sempurna apa yang dikatakan oleh Yesus. Setelah Yesus datang ke bumi, konflik antara yang baik dan yang jahat malahan semakin meruncing karena kekuatan kebaikan yang besar sedang hadir di bumi. Alasan mengapa konflik itu semakin meruncing disampaikan oleh Yesus di Yohanes 319, yaitu karena manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang. Kecenderungan masyarakat adalah lebih memilih kegelapan. Itulah sebabnya mengapa tidak akan ada damai sejahtera. Selama manusia belum diubah, maka keadaan dunia ini tidak akan dapat diubah. Percuma saja berusaha mengubah suatu negara tanpa mengubah masyarakatnya. Anda bisa saja mengubah perekonomiannya, angkatan perangnya, pendidikannya, akan tetapi selama manusianya sendiri masih manusia berdosa maka tidak akan ada damai. Manusia sekalipun dia adalah pendosa yang terdidik, pendosa yang makmur, pendosa jenis apapun itu namun dia tetap seorang yang berdosa. Tidak akan ada damai sejahtera di muka bumi ini sebelum kerajaan Allah hadir. Itulah sebabnya mengapa kita berdoa, “Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga.” Saat datangnya kerajaan adalah saat berhentinya kejahatan manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada terang. Hanya setelah kehendak Allah terlaksana maka akan ada damai sejahtera. Orang Kristen pasti akan menderita di dunia ini Lalu di mana posisi kita sebagai orang Kristen di dalam terang pemahaman hukum yang ketiga ini? Posisi kita sederhana saja. Jika kita orang benar maka kita pasti akan menderita di dunia ini. Semakin benar Anda, semakin baik Anda, maka semakin keras penolakan dan kepahitan dan aniaya yang akan Anda hadapi. Bersyukurlah kepada Allah akan hal tersebut. Karena itu berarti bahwa Anda masuk ke dalam golongan mereka yang baik karena Anda sudah menjadi target setan. Setan sedang bangkit menyerang Anda. Itu sebabnya, setiap orang Kristen yang memahami prinsip yang ketiga ini tidak akan bingung jika segala sesuatunya mulai tidak beres. Anda ingin berbuat sesuatu bagi Tuhan dan segala sesuatu mulai tidak beres. Jika Anda memahami prinsip yang ketiga ini, maka Anda akan mengerti bahwa hal tersebut pasti terjadi. Saya katakan ini kepada setiap orang Kristen yang masih baru. Setiap orang Kristen, setiap orang yang berpihak kepada Kristus, bersiaplah menghadapi masalah, karena ada hukum yang menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat tidak bisa diperdamaikan. Semakin baik Anda, maka akan semakin besar penolakannya. Contohnya Yesus, sedemikian keras penolakan terhadap dia sehingga dia dibunuh. Tak seorang pun dari kita yang sedemikian baik dan benar sehingga sampai menerima aniaya seburuk itu. Semakin Anda melangkah maju di dalam kehidupan rohani, semakin benar dan kudus hidup Anda, maka akan semakin besar pula perlawanan dan kebencian yang akan datang kepada Anda. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Karena dunia membenci Aku, maka dunia juga akan membenci kamu.” Jadi bersiaplah. Jangan kaget jika hal-hal tersebut mulai berdatangan. Seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus, janganlah mengira bahwa sesuatu yang aneh sedang terjadi jika aniaya mulai datang melanda kamu. Pahamilah hukum rohani bahwa yang baik dan yang jahat selalu berada dalam konflik yang tak terdamaikan. Damai sejahtera datang ke dunia ini hanya di dalam hati Namun walaupun konflik yang terjadi itu sangatlah hebat, tetapi damai sejahtera yang ada di dalam hati sangatlah indah. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada murid-muridnya di Yohanes 1633, “Di dunia ini, kamu akan mengalami kesukaran, kamu akan menderita, kamu akan dianiaya, tetapi di dalam Aku, kamu akan memiliki damai sejahtera.” Artinya, mereka akan menikmati damai sejahtera yang sangat indah di dalam Kristus. Saya bersyukur kepada Allah akan adanya damai sejahtera yang sangat indah di dalam hati ini. Di luar, kita berhadapan dengan masalah, konflik, kesukaran, kepahitan dan kecaman. Akan tetapi di dalam, ada damai sejahtera yang tak bisa diambil oleh orang lain. Itulah sebabnya mengapa ketika berada di penjara, rasul Paulus bisa bersukacita. Saat kita mempelajari surat Filipi, kata kunci di surat itu adalah sukacita. Mengapa seseorang dapat memberi ucapan syukur saat berada di penjara? Karena adanya damai sejahtera yang luar biasa di dalam hati ini. Di luarnya, dunia sedang bergejolak, akan tetapi di dalam, hati Anda dijaga, dilindungi oleh damai sejahtera dari Allah. Kata Paulus di dalam Filipi 47, damai sejahtera melindungi hati kita seperti benteng. Apakah Anda ingin menikmati damai sejahtera? Inginkah Anda menikmati damai sejahtera hari ini? Dapatkah Anda berkata dengan setulus hati bahwa Anda bersedia? Maka pahami dan terapkanlah ketiga hukum rohani itu. Pahami bahwa tanpa kekudusan maka tidak akan ada damai sejahtera. Jadi, bereskanlah hubungan Anda dengan Allah. Bersihkanlah segala dosa. Akui segala dosa dan katakan, “Tuhan, ubahlah sikap hati saya. Mengapa saya begitu mencintai dosa? Jadikanlah saya mencintai apa yang baik, yang benar.” Dan yang kedua, pahami bahwa damai sejahtera itu hanya ada di dalam Kristus. Mendekatlah kepadanya; berpeganglah padanya. Tanpa dia, Anda tidak akan pernah memiliki damai sejahtera. Dan yang ketiga, pahamilah bahwa damai sejahtera datang ke dunia ini hanya di dalam hati Anda. Ini karena di luar ada kejahatan. Yang baik dan yang jahat akan selalu bertentangan. Bersiaplah untuk masuk ke dalam konflik. Bersukacitalah di dalam konflik itu karena dengan demikian Anda tahu bahwa Anda berada di pihak yang baik dan pemihakan Anda diperhitungkan oleh mereka yang jahat, dan itulah sebabnya mereka yang jahat itu mulai menentang Anda. Namun pastikanlah satu hal, dan saya mohon, jangan jadikan hidup Anda sebagai medan perang. Biarlah konflik itu terjadi di luar sana. Jangan biarkan konflik itu terjadi di dalam diri Anda’ Saya teringat ketika pertama kali saya bertemu dengan Kristus, saya bertemu dengan kedamaian. Di lapangan penjara Komunis China di Shenzhen, tak jauh dari perbatasan Hong Kong. Saya bertemu dengan Allah untuk pertama kalinya. Saya sudah sering bersaksi tentang kejadian pertama kali saya bertemu dengan Allah dan saat Dia menjawab seruan saya. Pengalaman pertama yang saya alami adalah damai sejahtera yang tak terlukiskan di dalam hati. Saya tidak memahaminya saat itu. Saya tidak mengerti tentang hukum-hukum rohani saat itu. Namun sekarang saya mengerti apa artinya semua itu, saat pertama kali Anda bertemu dengan Allah, itulah saat pertama kali Anda masuk ke dalam damai sejahtera. Saya harap Anda akan sering merenungkan tentang ketiga hukum rohani itu. Ketiga hukum itu bisa mengubah hidup Anda. Dan jika Anda sudah memahami hal-hal tersebut, maka Anda tidak akan salah jalan di dalam kehidupan rohani Anda. Maka pesan yang disampaikan oleh para malaikat akan menjadi kenyataan di dalam hidup Anda. “Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya – yaitu orang-orang yang benar.” Berikan Komentar Anda
Kata “damai” menjadi begitu terbiasa di telinga kita. Hampir di setiap ibadah, persekutuan, atau pertemuan orang Kristen kita mendengar kata “shalom.” Kata yang berarti “damai” ini merujuk pada keutuhan hidup di dalam Allah. Akrab mendengar bukan berarti mengalami. Mengerti artinya bukan berarti memahami maknanya. Apakah keunikan damai sejahtera Kristiani? Di dalam dunia yang penuh dengan penderitaan dan pertikaian, mungkinkah ditemukan damai sejahtera yang sejati? Damai di dalam Kristus Berbeda dengan Teologi Kemakmuran yang terlalu optimis dan tidak sesuai dengan kenyataan hidup, Alkitab bersifat jauh lebih realistis. Maksudnya, Alkitab jujur terhadap realita. Apa adanya. Termasuk pada saat Alkitab membicarakan tentang persoalan dan kegagalan orang-orang Kristen. Beragam kesulitan tetap menjadi bagian dari kehidupan orang percaya. Dari teks yang kita baca, murid-murid Tuhan Yesus bergumul dengan iman mereka. Mereka tidak mampu mengerti perkataan Tuhan Yesus 1617-18. Ini adalah hal wajar dalam pemuridan misalnya 219-22; 431-33; 148-9. Bahkan pada saat mereka mampu mengerti dan mengimani perkataan Tuhan Yesus 1629-31, persoalan tidak langsung sirna. Tuhan Yesus secara jujur dan terang-terangan memberitahukan kegagalan yang akan mereka hadapi. Iman mereka memang tidak akan hilang. Hanya saja, keberanian mereka akan sirna. Dengan kata lain, apa yang mampu mereka mengerti dan imani belum tentu mereka mampu menjalaninya. Di tengah beragam kesulitan inilah Tuhan Yesus membicarakan tentang damai sejahtera 1633. Damai bukan berarti tidak ada masalah. Damai berarti kehidupan yang tetap utuh walaupun di tengah kegagalan dan kesengsaraan. Kedamaian yang Ia berikan tidak sama dengan yang dunia berikan 1427. Kunci untuk memahami paradoks di atas adalah kehidupan yang berada di dalam Kristus. Dalam teks Yunani terdapat sebuah kontras yang paralel di ayat 33, yaitu antara “di dalam Aku kalian memiliki damai” en emoi eirēnēn echēte dengan “di dalam dunia kalian memiliki kesengsaraan” en tō kosmō thlipsin echete. Karena orang-orang Kristen berada di dalam Kristus sekaligus di dalam dunia, mereka bisa memiliki kedamaian sekaligus kesengsaraan pada saat yang sama. Kedamaian yang Kristus berikan bukan dicapai melalui pemusnahan semua kesengsaraan. Untuk sementara waktu, kesengsaraan tidak diambil dari dunia 1518-19; 1633. Untuk sementara waktu, kita pun tidak diambil dari dunia 1715. Yang penting adalah apakah seseorang di dalam Kristus. Di dalam Dia ada damai sejahtera. Selama kita masih hidup di dunia yang penuh dengan dosa dan penderitaan ini, kita akan selalu bergumul dengan kesulitan dan kesengsaraan. Berita baiknya, penderitaan tidak akan mengalahkan kita. Bukan karena kita siapa kita atau apa yang kita lakukan, melainkan karena siapa Kristus dan apa yang Ia janjikan bagi kita. Janji yang bisa dipercaya Tidak semua janji bisa dan layak untuk dipercayai. Sebagian orang mudah mengucapkan janji tetapi tidak serius menepatinya. Sebagian yang lain membuat janji dan berusaha sungguh-sungguh untuk menepatinya, namun mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mewujudkannya. Tidak demikian halnya dengan Tuhan Yesus. Janji-Nya untuk memberikan damai sejahtera layak dan sepatutnya dipercayai. Ada tiga alasan mengapa janji-Nya bisa dipercaya. Pertama, Ia mengetahui hari esok ayat 32a. Pengetahuan-Nya ini bersifat pasti 184. Ia tahu persis bahwa kegagalan murid-murid untuk menyertai Dia di tengah penderitaan merupakan sesuatu yang “akan datang dan sudah tiba sekarang.” Ungkapan ini beberapa kali muncul di Injil Yohanes untuk menunjukkan kepastian dan kesegeraan 423; 525; 1632a. Perpaduan antara masa kini dan masa yang akan datang ada pada ungkapan ini. Murid-murid sebelumnya sudah mengakui bahwa Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu 1630a; juga 2117. Namun, Ia bukan sekadar mengetahui apa yang akan terjadi. Ia bukan hanya tidak dapat dikagetkan oleh masa depan. Semua yang akan terjadi itu justru menggenapi rencana Allah. Dalam konteks Alkitab, ungkapan “kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri” ayat 32a merujuk pada sebuah nubuat di Zakaria 137 “Hai pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku, terhadap orang yang paling karib kepada-Ku!, demikianlah firman TUHAN semesta alam. Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tangan-Ku terhadap yang lemah” bdk. Mrk 1427-28. Yesus adalah gembala yang dibunuh itu bdk. Yoh 1011, 17-18, sedangkan murid-murid-Nya adalah “yang lemah” versi Inggris “yang kecil”. Jadi, bukan hanya kematian Yesus Kristus yang dinubuatkan tetapi juga kelemahan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa itu. Kedua, Ia mengalami penyertaan ilahi yang ajaib ayat 32b. Apa yang harus dijalani Yesus Kristus di kayu salib adalah hal yang sama sekali tidak mudah. Kelelahan, kesakitan, penghinaan, dan olokan Dia tanggung. Yang lebih menyakitkan, Dia mengalami semuanya sendirian. Tidak ada murid-murid yang menyertai dan menyemangati Dia. Dari perspektif kuno pada waktu itu, kesendirian dipandang sebagai sebuah penderitaan yang besar. Ditinggalkan oleh para pengikut atau orang yang dekat merupakan sebuah aib yang besar. Apakah Yesus Kristus benar-benar sendirian? Ternyata tidak. Dia tidak sendirian. Bapa-Nya beserta dengan Dia ayat 32b. Kesatuan yang intim antara Bapa dan Anak memang sangat ditekankan dalam Injil Yohanes. Beberapa kali Yesus mengatakan bahwa Bapa menyertai Dia 816, 29; 1632. Ia bahkan mengutarakan secara eksplisit bahwa Ia dan Bapa adalah satu 1030. Penyertaan yang sama dijanjikan kepada kita. Dalam doa-Nya sebelum penangkapan, Tuhan Yesus memohon agar di mana Dia dan Bapa berada, di situ pula murid-murid-Nya berada 1720-24. Janji ini telah Dia penuhi. Pada saat murid-murid sedang mengalami ketakutan sesudah peristiwa penyaliban Yesus, Ia mendatangi mereka dan memberikan damai sejahtera 2019, 21, 26. Sampai sekarang pun Ia terus-menerus menyertai kita melalui Roh-Nya yang kudus di dalam diri kita 1416-17. Ketiga, Ia telah mengalahkan dunia ayat 33. Disertai seseorang bukanlah jaminan kemenangan. Semua tergantung pada seberapa kuat orang yang menyertai kita tersebut. Disertai oleh Yesus Kristus sudah pasti berarti kemenangan, sebab Ia sendiri sudah mengalahkan dunia. Kita perlu menggarisbawahi di sini bahwa Tuhan Yesus “mengalahkan dunia,” bukan hanya “tidak terkalahkan oleh dunia.” Jika Ia hanya tidak terkalahkan, maka poin teologis yang disampaikan mirip dengan filsafat Stoa. Dalam filsafat ini diajarkan perlunya bertahan melawan semua godaan dan penderitaan di dalam dunia. Melalui disiplin pikiran dan diri yang kuat, para pengikut Stoa berusaha menolak untuk dikendalikan lingkungan. Namun, bukan ini yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Dia bukan hanya membicarakan tentang kesucian-Nya tidak kalah oleh godaan atau keberanian-Nya tidak kalah oleh penderitaan. Ia membicarakan tentang kemenangan-Nya. Kemenangan Kristus atas dunia sebaiknya dipahami dalam konteks peperangan melawan penguasa dunia ini. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Kristus akan menghakimi dan melemparkan penguasa dunia, yaitu Iblis 1231-32. Walaupun para pemimpin Yahudi dan tentara Romawi sebagai perwakilan dari penguasa dunia akan datang untuk menangkap-Nya, mereka tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya 1430. Yang menarik adalah penggunaan bentuk kata kerja lampau di 1633. Pada saat Yesus Kristus mengucapkan kalimat ini, Dia belum ditangkap, apalagi disalibkan. Namun, dengan keyakinan penuh Dia berkata “Aku telah mengalahkan dunia.” Sekali lagi, ini berfungsi sebagai penekanan. Di mata Allah, “akan datang dan sudah tiba sekarang” adalah sama saja. Ia menguasai masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Kemenangan yang sama diberikan kepada kita. Dalam tulisan Yohanes yang lain juga disinggung tentang kekalahan dunia. Bukan hanya oleh Yesus Kristus, melainkan juga oleh para pengikut-Nya. Bagaimana kita dapat mengalahkan dunia? Ada tiga rahasia kemenangan atas dunia yang diajarkan oleh Yohanes di suratnya yang pertama Iman 1 Yoh 54-5 “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” Firman Allah 1 Yoh 214b “Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat” Roh Kudus 1 Yoh 44 “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia” Peperangan sudah dimenangkan oleh Kristus Yesus secara mutlak di atas kayu salib. Pertempuran kecil memang masih berlangsung, tetapi hal itu tidak usah merisaukan kita, apalagi merampas damai sejahtera kita. Kristus pun sudah memberikan rahasia kemenangan bagi kita. Tidak ada alasan untuk kalah melawan penderitaan. Tidak ada alasan untuk menyerah dalam pergumulan melawan dosa. Dia menang. Kita pun memang di dalam Dia. Soli Deo Gloria.
Sumber / 30 July 2018 Inta Official Writer Sebagian dari kita pasti pernah mengalami kepahitan. Setiap pengalaman hidup yang kurang enak, seperti hubungan yang kurang baik antara orang tua dan kita, hubungan yang memalukan, merugikan, mencelakan, dan hal lainnya bisa menimbulkan akar pahit dalam diri kita. Tidak cuma pada dirinya sendiri, seringkali kepahitan juga melukai seseorang tanpa ada alasan yang dari kepahitan berarti menyediakan hati untuk dipenuhi oleh Roh Kudus. Berikut adalah alasan kenapa kita tidak boleh berlama-lama menyimpan kepahitan. 1. Kepahitan menjauhkan kita dari TuhanHubungan dengan Tuhan yang intim dan personal merupakan sumber kekuatan kita. Akar pahit bisa membentengi hubungan kita dengan Tuhan. Ketika menyimpan kepahitan, tanpa sadar kita juga melupakan pengharapan yang ada dalam diri sebab kepahitan mengarahkan fokus kita pada permasalahan, bukan pada Tuhan. Saat kita merasa kecewa pada Tuhan, teman, atau keluarga, ingatlah kalau Tuhan akan selalu bersama-sama dengan kita dalam keadaan apapun. Ayat dari Yesaya 4110 akan menguatkan hati kita saat mengalami kepahitan, "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan." 2. Kepahitan mengasingkan kita dengan orang lainAda waktu dimana kita kehilangan kepercayaan pada orang lain karena merasa pernah dikecewakan. Setiap akar pahit yang tertanam dalam kita tanpa sengaja menjauhkan banyak orang disekitar kita. Akhirnya, mereka mulai lelah dan menyerah pada sikap kita tersebut dan meninggalkan kita sendirian. Seperti Tuhan, orang-orang disekitar pun mengasihi kita. Adanya satu orang yang menyakiti kita nggak berarti kalau orang yang lainnya akan ikut menyakiti kita. Mereka, bahkan orang yang menyebabkan akar pahit dalam diri bukanlah musuh utama kita, melainkan si iblis yang memberikan pembenaran tentang menyimpan akar pahit dalam diri kita. keputusasaan dan kepahitan merupakan dua cara yang sering dipakai oleh iblis untuk menjauhkan kita dengan juga Cerdas Emosional Penting Untuk Bangun Hubungan Yang Baik, Ini 5 Sikapnya3. Kepahitan membuat kita bingung mengenai siapa diri kita yang senenarnyaKita bukanlah pribadi yang kasar dan jahat. Orang percaya bukanlah pribadi yang suka menjatuhkan orang lahin dan menolak hal-hal baik dalam kehidupan. Kepahitan sering membawa kita pada perjalanan yang lebih jauh menuju Tuhan, bahkan menyesatkan kita. Hal ini seperti kita menyadari kalau ada kerikil kecil dalam sepatu, tapi kita mengabaikan hal tersebut sehingga perjalanan menjadi jauh lebih menyakitkan. Kitalah satu-satunya pribadi yang bisa menghentikan setiap akar pahit yang ada dalam hidup, dan kita pula lah yang harus menentukan pilihan untuk menghapuskan akar pahit untuk menghilangkan akar pahit adalah untuk berserah kepada Tuhan dan memintaNya menjadi hakim atas kita. Saat Tuhan mengambil peranNya, damai sejahtera akan turun bagi kita. Beban kepahitan yang berat dan membuat kita marah, benci akan diangkat Tuhan, dan hanya Tuhan yang bisa melakukan hal ini. Langkah selanjutnya adalah dengan bersyukur atas segala hal baik yang terjadi dalam kehidupan kita. Dengan menempatkan fokus pada setiap hal positif, kita akan menemukan kebaikan Tuhan yang telah tercurah atas kita. Ingatlah kalau kepahitan adalah sebuah pilihan, kita harus belajar menolaknya dan memilih damai sejahtera dan kelegaan. Terakhir, nikmatilah kebersamaan dengan Tuhan dan orang-orang yang ada disekitar kita. Tidak ada hal lain yang menarik perhatian selain mereka yang siap untuk kita kasihi dan mengasihi kita. Sumber thoughtco Halaman 1
apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki damai sejahtera